1. Bahasa Ngoko.
Yaitu bahasa yang biasa dipakai sehari hari untuk berbicara kepada teman dan sebagainya.
Bahasa Ngoko dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
- Ngoko Lugu.
- NGoko Andhap.
2. Bahasa Madya.
Dibagi menjadi 3 macam yaitu.
- Madya ngoko.
- Madyantara.
- Madya krama.
3. Bahasa Krama.
Dibagi menjadi 6 macam yaitu:
- Krama Lugu.
- Mudha Krama.
- Wredha krama.
- Krama inggil.
- Krama desa.
- Basa Kedathon.
Banyak juga kan pecahan dari bahasa jawa ini.
Biar tidak bingung, kebanyakan orang jawa membagi sendiri boso jowo menjadi 3 macam saja yang umum, yaitu:
- Bahasa Jawa Ngoko.
- Bahasa Jawa Krama.
- Bahasa Jawa Krama Inggil.
Bahasa Jawa Ngoko.
Bahasa ini digunakan bagi siapa saja, yaitu:
1. Anak dengan anak.
2. Pertemanan (yang sudah karib).
3. Orang yang lebih tua kepada yang lebih muda.
Contohnya adalah:
Kowe ojo mangan dhisik.
Sliramu ojo mangan dhisik.
Bahasa Jawa Krama.
Digunakanan oleh siapa saja, yaitu:
1. Murid kepada guru.
2. Orang muda kepada orang yang lebih tua.
3. Anak kepada orang tua.
4. Pegawai kepada pimpinannya.
Contoh kalimatnya adalah:
Punopo Eyang kakung sampun dhahar?
Kulo tumut bapak datheng sabin.
Lastri kolo wau tumbas sandal.
Bahasa Krama Inggil.
Ini merupakan bahasa tingkat paling tinggi di boso Jowo. Unggah-ungguh yang sangat disegani oelh orang jawa. Siapa saja yang berbicara dengan bahasa krama inggil ini, tiada kata kasar sama sekali meskipun dalam keadaan marah.
Kromo inggil ini merupakan bahasa yang lebih halus dan ngajeni kalau dalam bahasa Jawanya. Mengagungkan orang yang diajak bicara.
Bahasa Krama Inggil biasa disebut juga dengan Kromo Alus (Krama Halus).
Contoh kalimatnya adalah:
Bapak tindak dhateng Jakarta dinten Minggu.
Pak Bagio nembe mucalkelas sekawan.
Pak Badrun mundhut sepatu.
Eyang kakung nembe siram.
Buku kulo dipun asto Bu Guru.
Tuh kan, halus sekali gaya bicaranya di Bahasa Jawa Krama Inggil ini.
Jangan salah, karena dalam bahasa jawa kalau aku lihat dalam keseharian, banyak anak muda dan mudi keliru dalam menggabungkan kalimat antara krama madya dan krma halus.
Misal saja dhahar digunakan untuk orang yang lebih tua sebagai embel-embelnya.
Kalau yang lebih muda yang bilang saja yang lain misal saja nedho, maem dan sebagainya.
Itulah kawruh bahasa jawa yang pantas untuk diketahui oleh orang jawa sendiri khususnya.
Kalau ada orang Jawa yang berbicara ngawur atau tidak sopan, maka banyak yang bilang kalau dia "Tidak Tahu Unggah-Ungguh"
Unggah-ungguh = Tata Krama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar